![]() |
Salah Satu Rundown Kegiatan Harian Sebagai Indikator Keberhasilan |
Kemudian saya pun merasa rapuh dan down merasa hilang tujuan. Jika harus merevisi NHW-NHW, saya tidak tahu harus mulai dari mana, karena menurut saya apa yang saya tuliskan itu yang nantinya paling mendekati bisa saya praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Jika saya turunkan lagi standart/target indikator saya kuatirkan, saya akan kembali ke titik nol lagi, dan saya akan stagnan tidak berubah menjadi lebih baik. Sedih? Iya! Bahkan ketika NHW ke 6 muncul saya sempat merasa hopeless. Hingga suatu ketika saya merasa ada banyak kejadian-kejadian di sekitar saya menyentil saya, dan mengatakan kepada saya bahwa saya tidak boleh seperti ini. Kemudian saya pun seperti mendapat kekuatan untuk bisa bangkit berproses menjadi ibu baik yang profesional, salah satunya dengan ingin belajar menjadi manajer keluarga yang handal.
1. Bermain gadget. Bermain gadget ini bisa berbagai macam, bisa sekedar iseng-iseng berselancar di dunia maya, bisa juga terkadang saya mencari-cari info yang saya sendiri terkadang terjebak hilang arah, tak tahu apa yang harus saya cari. Akhirnya ujung-ujungnya salah malah ngerumpi ngalor ngidul nggak jelas di dunia medsos dan terjebak dalam ketidak berdayaan jauh dari gadget yang secara tidak langsung jadi merenggut privasi saya π
2. Mantengin medsos. Adakalanya saat bosan saya sering membuka medsos, tapi lagi-lagi saya nggak tau tadi mau ngapain.
3. Nonton TV.
Saya ingin bisa jadi ibu baik yang profesional yang layak dibanggakan oleh suami dan anak-anak. Namun, saya juga ingin bisa menulis sebuah buku, padahal untuk menulis sebuah buku saya harus membiasakan membaca, dan jika saya ingin menulis sebuah buku maka sebaiknya saya punya target naskah selesai dalam waktu 1,5 bulan. Terus saya juga punya target mengalahkan diri sendiri untuk bisa menulis di blog one day one article. Dengan rundown jadwal harian saya yang menargetkan saya harus tidur jam 22.30 selambat-lambatnya jam 23.00 dan bangun jam 3 pagi hari selambat-lambatnya jam 4 pagi, saya jadi pengen pinjem bahasa yang sering digunakan sahabat-sahabat saya ketika mengalami kebingungan, “Terus piye jal coba? Njalukmu sing endi disik nduk?” πππ
Terus saya ngomelin diri sendiri, kapan saya handel anak-anak full? Kapan saya harus baca? Kapan saya harus nulis? Kapan saya harus nguber-nguber deadline ngalahin diri sendiri nulis blog one day one artikel? Kapan saya harus berpikir dari hati untuk mulai mengerjakan NHW dari IIP? Kapan saya me time bisa ngerumpi sama teman-teman lagi di beberapa komunitas? Apa iya saya nggak boleh intip-intip facebook sejenak untuk refreshing? Itu masih belum keitung tugas utama lainnya seperti cuci piring, jemur pakaian, masak, balik lagi nenenin adik. Terus kapan saya istirahatnyaπππ? Jadi superwomen sih sah-sah saja tapi ati-ati entar malah jadi “baby blues” lo!
Kecuali mungkin nanti suami tiba-tiba kasih angin segar, “wes nang mulai aja nulisnya, anak-anak tak kancanane setiap jam 7 malam abis shalat isya’!” Wah bisa bahagia sekali saya, karena berarti saya punya waktu 4 jam untuk sekali nulis sebelum tidur ditambah 2-3 jam setelah bangun tidur. Seenggaknya waktu 6-7 jam itu kalau kepotong-potong acara nenenin adik 30 menit per satu jam sekali, ya saya punya fokus 3 jam untuk benar-benar menuangkan ide saya kedalam tulisan saya.
Sehingga mungkin saya sadar diri kalau mau benar-benar fokus nulis, saya harus bersabar nunggu si adik lepas ASI dulu. Biar saya bisa benar-benar mengefisiensikan waktu yang saya miliki.
Nah, kalau kayak gini, mungkin rundown jadwal harian saya yang sudah saya buat sebelumnya bisa saya praktekan.
Tapi jika saya harus menulis jadwal secara spesifik, sepertinya saya belum bisa, mengingat si adik masih ASI, dimana hampir semua jadwal harian saya masih tergantung jadwal ASI adik yang masih sering “semena-mena” kapanpun dan dimanapun dia berada π
Saya kuatirkan jika saya memaksakan, maka saya akan tertekan dan merasa bersalah jika tidak menjalankan, sehingga saya lagi-lagi harus mengabaikan si adik.
Mohon maaf untuk mbak-mbak fasilitator IIP, untuk saat ini, inilah yang bisa saya usahakan secara maksimal bagi kebaikan keluarga kecil kami. Nanti ketika anak-anak sudah semakin mandiri, mungkin saya mulai bisa mengatur kembali jadwal yang sudah saya tetapkan.
Saat mengambil keputusan tersebut saya termenung semalam. Apa iya saya tidak bisa melakukan hal yang saya sukai sembari melakukan kewajiban saya? Lalu di antara kegalauan tersebut, saya mencoba tarik nafas dalam-dalam, dan mencoba membaca buku Lelah jadi lillah lebih lanjut. Inilah gunanya menulis tak langsung di publish ππ
JENG JENG JENG…
————————————————————————————————————————–
————————————————————————————————————————–
————————————————————————————————————————–
![]() |
Merubah Kandang Waktu Dengan Mengurutkan Waktu |
Saya juga sempat berdiskusi dengan salah satu sahabat saya, yang juga memiliki bisnis online ramai, padahal suaminya juga sering pulang malam, dan dia juga sama dengan saya sedang mengikuti kelas online matrikulasi IIP. Seperti yang disampaikannya, dia sudah lama membuang jauh kecewanya.
Saya menguatkan diri saya, yah saya kan ingin menjadi seorang ibu profesional. Seharusnya ibu profesional tak pernah mengeluh. Ibu profesional harusnya bisa menempa diri agar tidak mudah rapuh!
Satu hal yang saya garis bawahi, jangan lupa istirahat biar tetap waras.
![]() |
Yuk Jangan Lupa Istirahat Biar Waras |
Meski demikian saya tidak perlu menghabiskan waktu istirahat terlalu banyak, karena seperti nasehat yang pernah saya dapat dulu, jadikan tidur sebagai salah satu kebutuhan untuk hidup bukan hidup untuk tidur! Sehingga kita bisa memiliki waktu yang lebih berkualitas.
Ubah Lelah Jadi Lillah, Semoga rutinitas yang terkadang adakalanya menjadi suatu hal yang melelahkan menjadi sesuatu yang di Ridhai Allah SWT.
Seperti nasehat dari Mbak Itsnita Husnufardani (Mbak Farda Semanggi) salah seorang ketua Ibu Profesional Surabaya Raya, yang bisa menjadi support untuk saya saat ini.
Menjadi Ibu Profesional, bukanlah sebuah predikat yang tersemat. Namun, sebuah upaya berbenah yang panjang dan terus menerus. Maka, jangan berhenti , jangan lelah apalagi menyerah.
Semangat konsisten, sampai bergelar Almarhumah.
Terus saya tiba-tiba ketampar dari sebuah gambar yang dibagikan oleh mbak Ilva salah satu fasilitator IIP Surabaya SBM 2.
![]() |
Plaaaakkkkkk πππ Bahagia Yuk Mas… π π |
2 comments
Aaaaw. Senasib tidak sepenanggungan. Ayo semangat! Cek semua. Siap maju. Kesel yo bobok cantik dulu. Sekarang mungkin masih berbagi beban, suatu saat kita buktikan bahwa kita mengarah dan bertujuan membagi kebahagiaan.
Mbak, salam kenAl yaa. Saya mau tanya, caranya gabung di kelas online institut ibu profesional gimana ya?