Namun sayangnya hal tersebut selalu menjadi boomerang untuk saya. Seperti halnya hari ini, hanya karena akan mengajak si adik ke dokter, dimana si adik sudah saya pakaikan baju yang layak untuk keluar dan saya melarangnya untuk ikut makan es krim bersama kakaknya, oleh ibu adik malah diberi sendok. Sehingga cemong semualah baju adik. Yah, mungkin saya sudah terlalu lelah, bahkan saat saya memprotes ibu, ibu saya malah nyeletuk kalo saya lebay dan sebagainya. Saya benar-benar lelah hingga menyentil telinga si adik berulang kali dan membuatnya menangis. Iya saya sadar disini saya salah, karena melampiaskan kekesalan saya terhadap ibu kepada anak saya yang sebenarnya tak tau apa-apa. Maafkan mamammu ini ya dik…ibumu ini sedang benar-benar berjuang melawan kelelahan hati.
Pernah sekali saat itu ibu saya mengadakan arisan keluarga, sebenarnya sejak awal saya sudah mendengar dari nenek saya kalo laki-laki itu akan datang kerumah. Seperti biasa ibu saya tidak pernah menyampaikan di awal. Ada ibu mertua saya juga disana. Saat semua tamu meminta ijin akan pulang, ibu saya melarangnya. Ternyata benar saja tak lama setelah itu si lelaki datang begitu saja ke rumah kami. Saya pun marah dan meninggalkan rumah tanpa berkata-kata karena saya merasa dibohongi sejak awal.
Sekilas membaca tulisan diatas jelas sekali tersirat semua rasa kecewa seorang anak kepada ibunya. Sebagian mungkin akan berpendapat tulisan tersebut ditulis oleh seorang anak yang kurang ajar kepada ibunya. Tetapi sebagian lain mungkin akan memiliki pendapat yang berbeda. Tergantung dari sudut pandang mana kita melihat kejadian tersebut.
Innerchild itulah istilah yang saya kenal baru-baru ini.
Setelah mengikuti sebuah healing workshop innerchild yang diadakan oleh Pak Asep, sebagai orang awam saya menangkap Innerchild adalah sebuah perasaan anak-anak yang terkurung dalam tubuh orang dewasa. Ada banyak hal yang menyebabkan Innerchild tersebut ada, beberapa diantaranya adalah luka masa anak-anak yang belum terserlesaikan dan terbawa hingga dewasa.
Hal yang paling mengerikan adalah innerchild ini juga memberikan skema (contoh gambaran) yang kurang baik pada anak-anak, ketika saat menjadi orang tua mereka tidak memiliki skema baik bagaimana harus bersikap kepada anak-anak mereka ketika dihadapkan pada situasi yang tidak menyenangkan.
Seharusnya innerchild ini terselesaikan sebelum kita memutuskan menikah dengan pasangan kita. Sehingga kita bisa memaafkan semua masa lalu dan kita bisa melangkah menjadi orang tua yang baik untuk anak-anak kita.
Adapun workshop healing innerchild sendiri bertujuan untuk menyelaraskan Innerchild yang terkurung dalam tubuh dewasa kita.
Lalu bagaimana cara untuk menghealing innerchild tersebut?
Salah satunya dengan menyadari bahwa apa yang terjadi itu lumrah. Anggaplah ketika kita marah besar dengan anak, kita akan merasa bahwa kita sedang gila. Faktanya kita tidak sedang gila sendirian. Di luar sana mungkin tak sedikit ibu yang juga memiliki masalah yang sama. Bersyukurlah bagi kita yang tidak mengalaminya.
Meski bisa dibilang lumrah, tetapi sebagai orang waras seharusnya kita mau belajar untuk berubah menjadi lebih baik bukan?
Lalu bagaimana caranya? Salah satunya dengan memaafkan masa lalu. Bagaimana cara memaafkan masa lalu? Salah satunya bisa dengan meluapkan apa yang mungkin menjadi ganjalan kita selama ini. Salah seorang sahabat pernah melakukan dengan meluapkan semua emosi dan keluh kesahnya disebuah ruang kosong hingga terasa lega. Cara lainnya mungkin bisa dengan meluapkan melalui gambar atau tulisan. Setelah puas melepaskan semua ganjalan, maka maafkanlah semuanya.
Apakah semudah itu memaafkan? Bagaimana jika ternyata ada episode menyakitkan berulang yang kita terima?
Suami saya memberi saran beberapa diantaranya dengan :
- Berusaha menerima rasa sakit tersebut, lalu maafkanlah. Tarik nafas, keluarkan perlahan.
- Sebisa mungkin untuk menahan diri tidak menimpali saat kita sedang merasa sakit hati, karena biasanya hal tersebut justru bisa memperunyam keadaan.
- Berusaha untuk tidak menuntut orang tua kita menjadi seperti yang kita inginkan. Sebaliknya jadikanlah hal tersebut sebagai koreksi diri kita agar bisa menjadi orang tua yang lebih baik bagi anak-anak kita. Seperti halnya saat kita menjadi orang tua maka kita juga sedang belajar menjadi orang tua baik untuk anak-anak kita, maka percayalah orang tua kita juga selalu berusaha menjadi orang tua yang baik untuk kita.
- Seperti halnya suami kita adalah pasangan yang tepat untuk kita, maka begitu juga orang tua kita adalah orang tua yang tepat untuk kita, dan kita adalah anak yang tepat untuk mereka. Pernah melihat Film Doraemon, dimana dalam episode tersebut Nobita bertukar orang tua dengan teman-temannya? Apa yang terjadi? Bayangan mendapat orang tua yang sempurna ternyata malah pupus sudah, karena bahkan saat itu Nobita tidak nyaman dengan orang tua barunya yang tak lain tak bukan adalah orang tua dari Shizuka.
- Bersabar, dan terus belajar memahami.
- Mendoakan hal baik untuk orang tua kita.